Kamis, 04 Mei 2023

Teori Belajar

 TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME



Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah :

1.Manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses … (to) learn to be

2. Mampu melakukan kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsanya 


Langkah strategis bagi perwujudan tujuan di atas adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi. Student active learning atau pendekatan cara belajar siswa aktif di dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang mengakui sentralitas peranan siswa di dalam proses belajar, adalah landasan yang kokoh bagi terbentuknya manusia-manusia masa depan yang diharapkan.

Paradigma kinstruktivistik memandang bahwa peserta didik adalah pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan dasar tersebut akan menjadi dasar dalam menkonstruksi pengetahuan baru. Oleh sebab itu pengetahuan awal tersebut madih sangat sederhana sekalipun, menjadi tanggung jawab guru untuk mengembangkannya sesuai dengan standar kemampuan yang sudah digariskan dalam kurikulum.

Peranan kunci guru dalam perannya sebagai fasilitator dalam mengkonstruksi oengetahuan baru siswa adalah meliputi :

1. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengambil keputusan dalam bertindak, guna menciptakan kemandirian berfikir  

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik, guna menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak.

3. Memfasilitasi dengan menyediakan sistem  dukungan yang memudahkan siswa untuk berlatih secara optimal untuk menumbuhkan potensi dirinya


Pandangan konstruktivisme  mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung mumculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap suatu realita, konstruksi pengethuan, atau aktivitas - aktivitas lain yang didasarkan oada pengalaman mereka sebelumnya.

Pandangan konstruktivisme metakini bahwa realita ada pada pikiran seseorang, lalu dikonstruksi dan diinterpretasikan sesuai dengan pengalaman yang pernah dialaminya, struktur mental dan keyakinannya.

Pandangan konstruktivisme mengakui bahwa pikiran adalah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, obyek dan pandangan terhadap dunia nyata, dimana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar secara individual, serta pengalaman baru yang didapatkan.

Guru dapat membantu peserta didik mengkonstruksi pemahaman konseptual dari pengalaman baru yang diperolehnya dengan cara  menghubungkan dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh siswa.

Selanjutnya, evaluasi terhadap pencapaian belajar konstruktivisme dapat dilakukan dengan menggunakan goal-free-evaluation, yaitu suatu evaluasi yang dilakukan dimana evaluator tidak diberi informasi terlebih dahulu tentang kriteria dalam evaluasinya. Evaluasi dalam aliran konstruktivisme diarahkan pada tugas - tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berfikir tibgkat tinggi.