Kamis, 16 Oktober 2014

GURU " DI GUGU LAN DI TIRU "


GURU " DIGUGU LAN DITIRU "
SEBUAH UPAYA MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA
Oleh :  Ummi Masruroh, M.Pd.

Membangun karakter bukanlah sesuatu yang mudah ibarat membalik telapak tangan, karena pengembangan karakter adalah merupakan sebuah upaya dalam rangka transformasi dan pembudayaan nilai-nilai moral dasar.
Ada banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang mana jika manusia mampu merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap sisi kehidupannya maka dia akan menjadi manusia paripurna atau insan kamil, dan itu bukanlah proses yang sederhana. Kondisi masa kini sangat berbeda dengan kondisi masa lau, dimana pendidikan karakter pada masa dahulu yang efektif dan mudah dilakukan, kini tidak lagi dapat diterapkan.
Sedangkan hal-hal yang dapat menghambat perkembangan anak juga menjadi pertimbangan dalam pengembangan karakternya. Perilaku anak dinyatakan terhambat apabila tidak sesuai dengan perilaku normative anak pada umumnya. Perilaku terhambat pada umumnya. Perilaku terhambat dapat dirunut dari sumbernya dan untuk menentukan suatu perilaku terhambat Cermati Perkembangan Anak atua tidak diperlukan adanya alat ukur yang valid, agar diperolehhasil pengukuran ( assesment ) yang akurat :
Ciri-ciri perilaku terhambat :
o   Perilaku anak sangat tidak sesuai dengan usianya.
o   Perilaku anak sudah sangat mengganggu, baik bagi anak maupun lingkungan.
o   Gangguan perilaku sudah terlalu sering muncul dan berlangsunglama.
o   Anak berusaha mempertahankan perilaku tersebut.
Faktor penyebab keterlambatan perkembangan karakter anak, diantaranya  :
o   Faktor internal yaitu faktor yang sudah dibawa sejaklahir, artinya potensi potensi tersebut sudah ada sejak anak dilahirkan ke dunia. Contoh : gen dari orangtua dan keluarga, kondisi fisik ibu saat kehamilan, kondisi psikologis saat kehamilan, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil.
o   Faktor eksternal yaitu faktor yang ditemui anak dalam proses perkembangan sejak masa bayi hingga perkembangan sejak masa bayi hingga gangguan perkembangan muncul. Contoh : Penerimaan orang tua dan keluarga atas kehadiran bayi / anak, pola asuh orang tua, status  sosial ekonomi orang tua, kondisi masyarakat setempat, sistem pendidikan formal.

Solusi Mengatasi masalah :
o   KASIH SAYANG. Kasih Sayang merupakan salah satu unsur makanan otak yang penting, dan benar-benar dibutuhkan oleh anak supaya bisa hidup. Kasih Sayang ternyata tidak hanya mempengaruhi perkembangan emosi anak, tetapi juga memberikan pengaruh besar terhadap arsitektur otak. Karena Kasih Sayang ini bentuknya sangat abstrak, kadang-kadang kita orangtua kurang memahami benar apa yang perlu kita lakukan untuk mengekspresikan kata Kasih Sayang ini.
o   INFORMASI. Informasi adalah makanan otak yang mampu membuat jaringan antar sel-sel otak saling bersambungan dengan kuat dan dalam jumlah yang sangat banyak. Seperti kita ketahui, kecerdasan seorang anak ditentukan seberapa banyak dan kuatnya jaringan antar sel-sel otaknya. Sumber informasi yang diterima oleh anak melalui panca inderanya berasal dari lingkungan alam dimana anak tinggal. Untuk itu kita perlu memberikan  sebanyak mungkin pengalaman berbagai hal supaya anak memperoleh sebanyak mungkin informasi. Selain alam, sumber informasi penting bagi anak adalah kita sebagai orangtua. Jawaban jawaban kita terhadap segala pertanyaan anak yang mana rasa ingin tahunya sedang berada di puncaknya ini akan menjadi informasi yang melekat kuat di dalam diri anak.
        o  Jangan Emosi Mendidik Anak
            Hasil penelitian mengatakan bahwa agresi psikologis bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi    

            atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras 
            pada anak -- yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia -- sebaiknya jangan 
            dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang. Kesimpulan hasil sebuah survei 
            tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang 
            sosiolog dari University of New Hampshir. Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam 
            adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih 
            ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh, 
            malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan.. Menurut Straus, 
            tindakan ini membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, dampaknya tidak langsung 
            kelihatan dan biasanya baru ketahuan setelah mereka semakin dewasa. Diantara akibatnya adalah 
            membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan cenderungberperilaku buruk, karena berbagai 
            faktor. Misalnya, menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pemberontak. 

Selanjutnya beberapa hal terkait dengan pendekatan komprehensif dalam pendidikan karakter adalah dengan metode tradisional inkulkasi (penanaman) nilai dan pemberian teladan, yaitu :
1. mengkomunikasikan kepercayaan disertai dengan alasan yang mendasar
2. memperlakukan orang lain secara adil
3. menghargai pandangan orang lain
4. mengemukakan ketidakpercayaan atau keragu-raguan dengan alasan dan dengan rasa hormat
5. mengontrol lingkungan untuk meningkatkan kemungkinan penyampaian nilai yang dikehendaki dan 
    mencegah nilai yang tidak dikehendaki, meskipun tidak dapat dilakukan secara sepenuhnya.
6. Menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki.
7. membuat aturan, memberikan penghargaan, dan memberikan konsekuansi disertai alasan.
    tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak setuju
8. memberikan kebebasan bagi adanya prilaku yang berbeda sepanjang masih dalam taraf toleransi, dan 
    diarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah. 

Guru sebagai salah satu penanggung jawab lingkungan selama anak disekolah tidak sepenuhnya dapat membangun karakter siswa secara sepenuhnya tanpa dukungan yang kuat dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Meskipun demikian waktu yang tebatas dilingkungan sekolah setidaknya mampu memberikan warna dan suport bagi perubahan karakter siswa menjadi lebih baik dengan pendekatan yang tepat terutama dengan teladan yang diberikan kepada siswanya. Kedekatan guru dengan siswa merupakan modal dasar bagi guru dalam mengembangkan karakter siswa, bukan karena tuntutan program semata, melainkan karena panggilan nurani dan tanggung jawab mendidik generasi bangsa. Perkataan yang disampaikan guru adalah sebuah kitab suci bagi siswa yang akan selalu dijadikan menjadi dasar pengetahuannya, guru harus dapat mempertanggung jawabkan secara keilmuan setiap pengetahuan yang disampaikan kepada siswa, guru tidak boleh melakukan kesalahan dalam menyampaikan informasi tentang suatu pengetahuan maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugas profesinya. Disamping sebagai penghulu transfer pengetahuan pada siswa, gruru juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik siswa menjadi insan kamil. Dalam tugas sebagai pendidik ini, guru disamping menyampaikan prinsip-prinsip kebenaran juga harus dapat menjadi model bagi siswa tentang penerapan kebenaran tersebut.
Fenomena akhir-akhir ini yang terjadi pada dunia pendidikan kita, sudah jauh dari kaidah pendidikan yang seharusnya. Lingkungan masyarakat, dan orang-orang terdekat siswa sendiri telah gagal memberikan contoh yang baik bagaimana menjadi manusia yang baik. Alih-alih menjadi insan kamil, rasa kemanusiaan yang mendasar yang dimiliki oleh setiap orang yaitu rasa persaudaraan, pertemanan, persahabatan telah banyak tercerabut berubah menjadi rasa saling iri, benci, memusuhi, saling menyakiti, bahkan menghabisi. Hal itu karena teladan dan model yang mereka lihat sehari-hari baik melalui media massa, maupun lingkungan disekitar mereka adalah yang demikian. Oleh karenanya, lingkungan sekolah yang terbatas oleh ruang dan waktu dapat lebih mudah dikondisikan menjadi sebuah model lingkungan yang baik bagi siswa, dengan pola aprilaku setiap warganya yang mampu menjadi teladan dan model kebaikan bagi siswa. Oleh karenanya Anekdot GURU sebagai Dapat DIGUGU dan DITIRU " adalah sebuah keharusan untuk ditampilkan didepan para siswa.

Wassalam, semoga bermanfaat.