Senin, 13 Juni 2011

METAKOGNISI


KEMAMPUAN METAKOGNISI DALAM BELAJAR MATEMATIKA
Oleh : Ummi Masruroh, M.Pd.

Pada prinsipnya, dalam pembelajaran matematika keterlibatan aspek metakognisi dalam belajar menarik untuk dikaji, karena alasan sebagai berikut :
1)      aspek metakognitif merupakan aspek yang paling kompleks dan paling tinggi tingkatannya dalam taksonomi.
2)      Aspek metakognitif lebih banyak berhubungan dengan obyek kajian tak langsung pembelajaran matematika yang selama ini kurang mendapat perhatian dari guru dan siswa.
3)      Kecenderungan pembelajaran matematika saat ini yang tidak hanya menilai hasil, tetapi dikembangkan juga pada penilaian proses.
Sampai saat ini pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, terbukti dari sebuah observasi di daerah jawa tengah masih terdapat 80% guru menggunakan metode konvensional (Sunartomb, 2009).  Meskipun selama ini metode pembelajaran konvensional banyak menuai kritik karena pembelajaran hanya berpusat pada guru dan dianggap kurang memberi ruang pada siswa untuk berkembang dan mengembangkan potensi berfikirnya.
Perbaikan kegiatan belajar mengajar matematika merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian. Upaya meningkatkan prestasi belajar matematika  siswa merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab profesional seorang guru terutama karena matematika merupakan ilmu dasar yang sangat penting bagi siswa. Salah satu upaya peningkatan kualitas pengajaran matematika seorang guru adalah memperbaikai pola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan atau model belajar yang dinilai efektif dan efisien oleh guru untuk diterapkan di kelas. Fungsi pembelajaran seharusnya bukan hanya sebagai suatu upaya transformasi informasi (pengetahuan), melainkan juga merupakan suatu upaya membangun pemahaman secara sadar terhadap informasiatau materi-materi yang disampaikan  tersebut.
Menurut Holmes (1995: 9), guru dapat memilih salah satu dari tiga model pembelajaran di tingkat pendidikan dasar, yaitu pengajaran langsung (Direct Instruction), pembelajaran interaktif (Interactive Learning), atau pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).  Pemilihan Model pengajaran langsung dalam pembelajaran matematika, dipilih  karena pembelajaran langsung lebih dekat dengan pembelajaran konvensional yang selama ini mendominasi kegiatan belajar mengajar terutama mata pelajaran matematika di sekolah di negara kita.  Perbedaannya hanyalah bahwa pengajaran langsung lebih terstruktur dan terencana dibandingkan dengan pengajaran konvensional. Namun demikian kombinasi beberapa metode pembelajaran sangat disarankan untuk lebih mengoptimalkan pengajaran matematika yang cukup rumit yang pada umunya dianggap pelajaran yang sulit dan tidak diminati oleh siswa.
Ertmer dan Newby (1993) menyatakan bahwa tidak ada hanya satu teori pembelajaran yang paling baik, tetapi teori-teori pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan atau dipelajari oleh siswa. Pendekatan behavioris efektif digunakan dalam mengajarkan pengetahuan deklaratif dan prosedural, sedangkan strategi konstruktivis sangat sesuai dengan hal-hal yang berkenaan dengan masalah-masalah yang belum jelas melalui refleksi tindakan. Sedangkan Pasaribu (1983) menyatakan bahwa tidak ada metode pengajaran yang  paling baik, paling efektif,  sebab keefektifan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tuujuan yang hendak dicapai. Masing-masing metode mempunyai kekuatan dan kelemahan sehingga pemilihan kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar mengajar.
Penggabungan Model Pengajaran Langsung dengan pelatihan metakognisi merupakan salah satu alternatif berdasar alasan-alasan yang dikemukakan di atas. Pengajaran langsung dilakukan untuk Menyampaikan dan memahai suatu konsep sampai pada pengembangannya, sedangkan penyisipan pelatihan strategi  metakognisi dalam pembelajaran langsung memiliki peranan penting dalam melatih ketrampilan berfikir kritis serta mengatur dan mengontrol proses-proses kognitif siswa dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih efektif dan efisien.
Livington (1997 ) dalam bukunya menjelaskan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (awareness) seseorang tentang proses pemantauan (monitoring) dan pengendalian (regulatiing atau controling) pikiran dan tindakannya sendiri. Pengertian yang paling umum dari metakognisi adalah thinking about thinking ( berfikir tentang berfikir ) atau learn how to learn  ( belajar bagaimana belajar ).
            O’Neil & Brown (1997) mengemukakan pengertian metakognisi sebagai proses seseorang berfikir tentang berfikir mereka sendiri dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan pengertian di atas, Nur (2000) mengemukakan bahwa metakognisi berhubungan dengan berfikir siswa tentang berfikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Misalnya, seseorang dengan tipe belajar visual menyadari bahwa membuat sesuatu peta konsep merupakan cara terbaik baginya untuk memahami dan mengingat sejumlah besar informasi baru.
            Huiit (1997) mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan seseorang tentang sistem kognitifnya, berfikir seseorang tentang berfikirnya, dan ketrampilan esensial seseorang dalam “ belajar untuk Belajar “.
Gambaran yang lebih jelas tentang metakognisi dapat difahami dalam pengertian yang dikemukakan oleh Flavell  sebagai berikut :
 “Metakognisi adalah pengetahuan seseorang berkenaan dengan proses dan produk kognitif orang itu sendiri atau segala sesuatu yang berkaitan dengan  proses dan produk tersebut . …… Metakognitif berhubungan dengan salah satu diantaranya dengan pemonitoran aktif dan pengendalian yang konsekuen serta pengorganisasian proses pemonitoran dan pengendalian ini berhubungan dengan tujuan kognitif, pada masa proses-proses tersebut , umumnya dalam mendukung sejumlah tujuan konkret.”
Pengetahuan metakognitif yang di dalamnya termuat keyakinan-keyakinan ( beliefes atau system of beliefs) berkedudukan sebagai rujukan dan referensi pengalaman metakognisinya. Pengalaman metakognitif yang diantaranya terdapat perasaan dan keingintahuan berkedudukan sebagai pemantau dan pengarah (proses) dan dapat memberikan sejumlah dampak penting terhadap tujuan, sementara strategi-strategi kognitif dan tindakan-tindakan ekspresinnya berkedudukan sebagai pelaksana dalam rangka mencapai tujuan.
Huiit (1997) mengemukakan bahwa metakognisi mencakup kemampuan seseorang dalam bertanya dan menjawab beberapa tipe pertanyaan yang berkaitan dengan tugas yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
a)      Apa yang saya ketahui tentang topic atau masalah ini ?
b)      Tahukah saya apa yang dibutuhkan untuk mengetahuinya ?
c)      Tahukah saya darimana dapat memperoleh informasi atau pengetahuan ?
d)     Berapa lama waktu yang diperlikan untuk mmempelajarinya ?
e)      Strategi-strategi atau taktik-taktik apa yang dapat digunakan untuk mempelajarinya ?
f)       Dapatkah saya pahami dengan hanya mendengar, membaca, atau melihat ?
g)      Akankah saya tahu jika saya mempelajarinya secara cepat ?
h)      Bagaimana saya dapat membuat sedikit kesalahan jika saya membuat sesuatu?
Dalam belajar menurut  Mohammad Nur (2002) secara operasional kemampuan metakognitif  dapat diajarkan pada siswa, meliputi  kemampuan-kemampuan untuk menilai pemahaman mereka sendiri, menghitung berapa waktu yang mereka butuhkan untuk mempelajari sesuatu, memilih rencana yang efektif untuk belajar atau memecahkan masalah, bagaimana cara memahami ketika ia tidak memahami sesuatu dan bagaimana cara memperbaiki diri sendiri, kemampuan untuk memprediksi apa yang cenderung akan terjadi atau mengatakan mana yang dapat diterima oleh akal dan mana yang tidak.
Ciri khas belajar kognitif menurut De Block dalam Winkel (1996) adalah terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang semuanya bersifat mental. Masalah yang dihadapi harus diselesaikan dengan operasi mental. Khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta serta metode-metode kerja tertentu.
Secara umum, terutama dalam belajar matematika  untuk memahami bahan ajar , strategi kognitif dalam mengembangkan kemmpuan metakognitif, diantaranya adalah;
a.       Strategi menggaris bawahi  atau membuat menandai ide-ide penting
b.      Strategi pembuatan catatan pinggir
c.       Strategi pembuatan rangkuman
d.      Strategi pembuatan peta konsep

Sedangkan dalam pemecahan masalah terutama masalah matematika menurut  Gagne (1975) merekomendasikan strategi metakognitif yang  mengkombinasikan uraian strategi secara verbal dengan latihan dalam memecahkan masalah matematika  adalah meliputi :
a.       Strategi Heuristik
b.      Strategi Berfikir Mundur
c.       Strategi Berfikir Maju
d.      Strategi Berfikir Induktif

Sudah waktunya pengajar dan pendidik menyadari pentingnya pengembangn kemampuan metakognisi yang secara alami   telah dimiliki oleh siswa yang  masih sangat kurang dimanfaatkan dan dikembngkan, dengan pelatihan-pelatihan optimalisasi kemampuan metakognisi.