GURU " DIGUGU LAN DITIRU "
SEBUAH UPAYA MEMBANGUN KARAKTER ANAK BANGSA
Oleh : Ummi Masruroh, M.Pd.
Membangun
karakter bukanlah sesuatu yang mudah ibarat membalik telapak tangan, karena
pengembangan karakter adalah merupakan sebuah upaya dalam rangka transformasi
dan pembudayaan nilai-nilai moral dasar.
Ada banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang mana jika manusia mampu merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap sisi kehidupannya maka dia akan menjadi manusia paripurna atau insan kamil, dan itu bukanlah proses yang sederhana. Kondisi masa kini sangat berbeda dengan kondisi masa lau, dimana pendidikan karakter pada masa dahulu yang efektif dan mudah dilakukan, kini tidak lagi dapat diterapkan.
Ada banyak nilai karakter atau akhlak mulia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang mana jika manusia mampu merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam setiap sisi kehidupannya maka dia akan menjadi manusia paripurna atau insan kamil, dan itu bukanlah proses yang sederhana. Kondisi masa kini sangat berbeda dengan kondisi masa lau, dimana pendidikan karakter pada masa dahulu yang efektif dan mudah dilakukan, kini tidak lagi dapat diterapkan.
Sedangkan hal-hal yang dapat menghambat perkembangan anak
juga menjadi pertimbangan dalam pengembangan karakternya. Perilaku anak
dinyatakan terhambat apabila tidak sesuai dengan perilaku normative anak pada
umumnya. Perilaku terhambat pada umumnya. Perilaku terhambat dapat dirunut dari
sumbernya dan untuk menentukan suatu perilaku terhambat Cermati Perkembangan
Anak atua tidak diperlukan adanya alat ukur yang valid, agar diperolehhasil
pengukuran ( assesment ) yang akurat :
Ciri-ciri perilaku terhambat :
o
Perilaku anak sangat tidak sesuai
dengan usianya.
o
Perilaku anak sudah sangat mengganggu,
baik bagi anak maupun lingkungan.
o
Gangguan perilaku sudah terlalu
sering muncul dan berlangsunglama.
o
Anak berusaha mempertahankan
perilaku tersebut.
Faktor penyebab keterlambatan perkembangan karakter anak, diantaranya :
o
Faktor internal yaitu faktor yang
sudah dibawa sejaklahir, artinya potensi potensi tersebut sudah ada sejak anak
dilahirkan ke dunia. Contoh : gen dari orangtua dan keluarga, kondisi fisik ibu
saat kehamilan, kondisi psikologis saat kehamilan, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama
hamil.
o
Faktor eksternal yaitu faktor yang
ditemui anak dalam proses perkembangan sejak masa bayi hingga perkembangan sejak
masa bayi hingga gangguan perkembangan muncul. Contoh : Penerimaan orang tua
dan keluarga atas kehadiran bayi / anak, pola asuh orang tua, status sosial ekonomi orang tua, kondisi masyarakat
setempat, sistem pendidikan formal.
Solusi Mengatasi masalah :
o
KASIH SAYANG. Kasih Sayang merupakan
salah satu unsur makanan otak yang penting, dan benar-benar dibutuhkan oleh
anak supaya bisa hidup. Kasih Sayang ternyata tidak hanya mempengaruhi
perkembangan emosi anak, tetapi juga memberikan pengaruh besar terhadap
arsitektur otak. Karena Kasih Sayang ini bentuknya sangat abstrak,
kadang-kadang kita orangtua kurang memahami benar apa yang perlu kita lakukan untuk
mengekspresikan kata Kasih Sayang ini.
o
INFORMASI. Informasi adalah makanan
otak yang mampu membuat jaringan antar sel-sel otak saling bersambungan dengan
kuat dan dalam jumlah yang sangat banyak. Seperti kita ketahui, kecerdasan
seorang anak ditentukan seberapa banyak dan kuatnya jaringan antar sel-sel
otaknya. Sumber informasi yang diterima oleh anak melalui panca inderanya
berasal dari lingkungan alam dimana anak tinggal. Untuk itu kita perlu
memberikan sebanyak mungkin pengalaman
berbagai hal supaya anak memperoleh sebanyak mungkin informasi. Selain alam,
sumber informasi penting bagi anak adalah kita sebagai orangtua. Jawaban
jawaban kita terhadap segala pertanyaan anak yang mana rasa ingin tahunya
sedang berada di puncaknya ini akan menjadi informasi yang melekat kuat di
dalam diri anak.
o Jangan Emosi Mendidik AnakHasil penelitian mengatakan bahwa agresi psikologis bisa membuat anak menjadi sulit beradaptasi
atau bahkan berperilaku buruk, karena berbagai faktor. Bentuk penerapan disiplin yang terlalu keras
pada anak -- yang biasanya dilakukan orang tua yang masih muda usia -- sebaiknya jangan
dilakukan. Sebab bisa mempengaruhi mentalnya di masa mendatang. Kesimpulan hasil sebuah survei
tentang orang tua dan perilaku agresif terhadap anak yang dilakukan oleh Murray Straus, seorang
sosiolog dari University of New Hampshir. Menurut survei tersebut, membentak dan mengancam
adalah bentuk paling umum dari agresi yang dilakukan orang tua. Dibandingkan tindakan yang lebih
ekstrim lagi, seperti mengancam, memaki, dan memanggil dengan kasar dengan panggilan bodoh,
malas dan sebagainya, maka membentak memang paling banyak dilakukan.. Menurut Straus,
tindakan ini membawa efek psikologis jangka panjang bagi sang anak, dampaknya tidak langsung
kelihatan dan biasanya baru ketahuan setelah mereka semakin dewasa. Diantara akibatnya adalah
membuat anak menjadi sulit beradaptasi atau bahkan cenderungberperilaku buruk, karena berbagai
faktor. Misalnya, menjadi kurang percaya diri, atau sebaliknya, menjadi pemberontak.
Selanjutnya beberapa hal terkait dengan pendekatan komprehensif dalam pendidikan karakter adalah dengan metode tradisional inkulkasi (penanaman) nilai dan pemberian teladan, yaitu :
1. mengkomunikasikan kepercayaan disertai dengan alasan yang mendasar
2. memperlakukan orang lain secara adil
3. menghargai pandangan orang lain
4. mengemukakan ketidakpercayaan atau keragu-raguan dengan alasan dan dengan rasa hormat
5. mengontrol lingkungan untuk meningkatkan kemungkinan penyampaian nilai yang dikehendaki dan
mencegah nilai yang tidak dikehendaki, meskipun tidak dapat dilakukan secara sepenuhnya.
6. Menciptakan pengalaman sosial dan emosional mengenai nilai-nilai yang dikehendaki.
7. membuat aturan, memberikan penghargaan, dan memberikan konsekuansi disertai alasan.
tetap membuka komunikasi dengan pihak yang tidak setuju
8. memberikan kebebasan bagi adanya prilaku yang berbeda sepanjang masih dalam taraf toleransi, dan
diarahkan untuk memberikan kemungkinan berubah.
Guru sebagai salah satu penanggung jawab lingkungan selama anak disekolah tidak sepenuhnya dapat membangun karakter siswa secara sepenuhnya tanpa dukungan yang kuat dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Meskipun demikian waktu yang tebatas dilingkungan sekolah setidaknya mampu memberikan warna dan suport bagi perubahan karakter siswa menjadi lebih baik dengan pendekatan yang tepat terutama dengan teladan yang diberikan kepada siswanya. Kedekatan guru dengan siswa merupakan modal dasar bagi guru dalam mengembangkan karakter siswa, bukan karena tuntutan program semata, melainkan karena panggilan nurani dan tanggung jawab mendidik generasi bangsa. Perkataan yang disampaikan guru adalah sebuah kitab suci bagi siswa yang akan selalu dijadikan menjadi dasar pengetahuannya, guru harus dapat mempertanggung jawabkan secara keilmuan setiap pengetahuan yang disampaikan kepada siswa, guru tidak boleh melakukan kesalahan dalam menyampaikan informasi tentang suatu pengetahuan maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugas profesinya. Disamping sebagai penghulu transfer pengetahuan pada siswa, gruru juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik siswa menjadi insan kamil. Dalam tugas sebagai pendidik ini, guru disamping menyampaikan prinsip-prinsip kebenaran juga harus dapat menjadi model bagi siswa tentang penerapan kebenaran tersebut.
Fenomena akhir-akhir ini yang terjadi pada dunia pendidikan kita, sudah jauh dari kaidah pendidikan yang seharusnya. Lingkungan masyarakat, dan orang-orang terdekat siswa sendiri telah gagal memberikan contoh yang baik bagaimana menjadi manusia yang baik. Alih-alih menjadi insan kamil, rasa kemanusiaan yang mendasar yang dimiliki oleh setiap orang yaitu rasa persaudaraan, pertemanan, persahabatan telah banyak tercerabut berubah menjadi rasa saling iri, benci, memusuhi, saling menyakiti, bahkan menghabisi. Hal itu karena teladan dan model yang mereka lihat sehari-hari baik melalui media massa, maupun lingkungan disekitar mereka adalah yang demikian. Oleh karenanya, lingkungan sekolah yang terbatas oleh ruang dan waktu dapat lebih mudah dikondisikan menjadi sebuah model lingkungan yang baik bagi siswa, dengan pola aprilaku setiap warganya yang mampu menjadi teladan dan model kebaikan bagi siswa. Oleh karenanya Anekdot GURU sebagai Dapat DIGUGU dan DITIRU " adalah sebuah keharusan untuk ditampilkan didepan para siswa.
Wassalam, semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar