Kamis, 30 Juni 2011

KARUNIA YANG TERTUNDA

            Kegembiraan yang terlalu membuncah kadang akan melahirkan kekecewaan yang dalam, ketika apa yang kita harapkan tidak terjadi seperti apa yang telah kita impikan. Tanggal 20 Maret 2011 membawa kenangan yang indah ketika dokter kandunganku mengabarkan di dalam kandunganku tumbuh janin yang telah lama kami harapkan. Apalagi dokter memperlihatkan rekaman USG yang menampilkan dua kantong janin berusia 8 minggu, ah ... Allah mengkaruniakan anak kembar pada kami ... Alhamdulillah. Kegembiraan yang meluap mengalir bersama derasnya ucapan syukur yang tak pernah lepas dari bibir. Hari demi hari aktifitas aku lakukan denngan sangat hati-hati demi janinku, aku ingin dia sehat dia tumbuh berkembang dengan normal. Tidak pernah lupa alunan do'a selalu terucap dari bibir dan hati yang terdalam memohonkan agar Allah menjaga, menumbuhkan, dan memeliharanya menjadi anak-anak yang sehat dan kuat. Kedua kakaknya juga tak luput dari luapan kegembiraan, anak keduaku amelia Salsabila (8th) bahkan telah menyiapkan dua nama untuk calon adik-adiknya " Muh. Rafa Al As'adi dan Muh.rafi Al As'adi " nama yang indah sekaligus "tanda tangan" untuk mereka ... he .... lucu sekali. Semua berharap dan membayangkan akan lahir anggota keluarga baru kembar yang lucu-lucu. Kehidupan kami sungguh diwarnai dengan harapan dan kebahagiaan. Tibalah waktunya aku harus kontrol ke dokter, dalam perjalanan terbayang janinku telah tumbuh lebih besar karena dalam hitunganku mestinya mereka sudah berumur 12 minggu. Ah ... waktu menugguh giliranku begitu tarasa lama, padahal baru 30 menit yang lalu aku sampai di tempat ini. Akhirnya perawat memanggil namaku. Bergegas kami masuk ruang dokter, seperti biasanya Dr. Riyanto mempersilahkan saya untuk diperiksa dengan ramah. Agak berdebar aku menungguh komentar dokter, semakin berdebar ketika tampak raut muka dokter  yang tidak biasanya. Ah ... tidak sabar aku bertanya : Bagaimana dengan kandunganku dokter .... ? maaf bu, apa ibu tidak mengalami flek ? dia justru balik bertanya. " Tidak dokter" jawabku. " Bu ... sepertinya janin ibu kok tinggal satu ya .... !. penjelasan yang betul- betul membuat aku kecewa. " Tidak .... aku tadi sempat lihat di monitor saat USG masih ada dua ...pasti dokter salah ..." kata hatiku tidak percaya. Keluar dari ruang dokter benar-benar aku kecewa, tetapi keyakinanku tetap tidak berubah, janinku pasti masih ada keduannya. Aku betul-betul yakin, dan bahkan  suamiku tidak mampu meyakinkanku dan akhirnya dia mengalah ... diapun menyerah dengan keyakinanku. " ya... mudah-mudahan memang dokter salah ... jagalah baik-baik biar  keduanya tumbuh dengan sehat ..." ujarnya dengan nada ragu. Ehm ... dengan keyakinan palsu aku lalui hariku seakan-akan aku masih mengandung dua janin dalam kandunganku. Ah ..... Astaghfirllah ... aku tau ini salah, harapan yang hampir merusak keyakinanku. Aku malu sendiri pada sikapku, seperti tidak punya iman. Sedikit demi sedikit aku mulai menata hatiku, aku mulai takut dengan  harapan dan kegembiraanku sendiri. Aku mulai takut Allah akan mengujiku dengan mengambil kedua janinku. Ketakutan itu begitu besar diluar logika sampai aku berjanji tidak akan pergi ke dokter lagi.

Tibalah waktu haku harus kontrol lagi ke dokter, sebenarnya aku keberatan ketika suamiku mengajak aku untuk periksa ke dokter, dia membujukku. Dengan meyakinkan aku tidak akan terjadi apa-apa pada janinku. Toh selama ini juga tidak ada yang aneh yang aku rasakan. Akhirnya aku turuti ajakan suamiku, tapi dengan syarat kedokter yang lain. Saat itu tanggal 29 Mei 2011, dengan hati berdebar aku tunggu giliranku. Sampai pada giliranku suamiku mendampingi aku menemui dokter, seperti  dokter-dokter yang lain dokterku memeriksa kandunganku dengan ramah. Kali ini juga dokter menyakan apakah aku pernah "flek" ? aku katakan tidak karena memang selama ini aku tidak pernah mengalami flek. " ada apa dokter ?tanyaku tidak sabar. Aku dipersilahkan duduk dan dokter menjelaskan bahwa " kedua janinku tidak tumbuh dan harus diambil". Subhanallah,  aku menangis dalam hatiku .Janin yang  lama aku inginkan, aku impikan, dan aku bayangkan akan tumbuh menjadi anak-anak kembar yang lucu telah tidak ada. Sungguh Allah Maha Berkehendak terhadap hambanya. Aku hanya pasrah, mudah-mudahan ini yang terbaik untukku, anak-anakku dan keluargaku. Mudah-mudahan Allah masih berkenan memberikan yang lebih baik pada kami Amiiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar